Friday, July 19, 2019
Visi Misi
Visi
Terbentuknya
pemerintahan Desa Klepu yang “Ngayomi, Ngelayani, Ngopeni” dengan bertumpu pada
budaya lokal serta meningkatnya kesejahteraan perekonomian masyarakat.
Misi
- Peningkatan pelayanan masyarakat tanpa membeda-bedakan status sosial, agama dan kelompok.
- Peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang pemerintahan desa, pendidikan, ekonomi, kesehatan, hukum dan kepemudaan.
- Penggunaan dana Desa Klepu secara berbasis kerakyatan yang berdasarkan skala prioritas asas manfaat secara adil dan transparan.
- Meningkatkan kehidupan masyarakat yang rukun, damai, saling menghargai, dan saling menghormati.
Motto
"SAKINAH"
( Santun, Amanah, Kreatif, Indah, Nasionalisme, Aman, Harmonis)
Thursday, July 18, 2019
Sunday, July 14, 2019
Sejarah Desa Klepu
Pada zaman dahulu datanglah tiga bersaudara
yaitu Mbah Goto (Gomerto = Ronggo Tohjoyo), Mbah Ranten (Ratmo Wijoyo) dan Mbah
Niah. Diperkirakan ketiga rang tersebut adalah sisa-sisa pasukan Angkatan Laut
Mataram yang menyerang VOC Belanda di Batavia.
Batavia (sekarang Jakarta) yang terdampar di
laut Jawa. Mereka bertiga melanjutkan perjalanannya menuju kearah selatan
hingga sampailah ke sebuah dataran lembah yang luas, diapit dua sungai yaitu
sungai kebo dan sungai Gelis. Sepakatlah beliau bertiga menetap sementara dan
membangun sebuah Gubug kecil sebagai tempat tinggal. Lalu membuka hutan jati
yang ada di sekitarnya, sehingga tampaklah hamparan yang luas di lembah
tersebut. Gubug beliau bertiga bila dipandang dari kejauhan tampak seperti
kele-kele ditengah oro-oro (kele-kele = istilah Bahasa jawa yaitu sendirian
tanpa tetangga, oro-oro = hamparan luas tanpa tanaman). Maka tersebutlah tempat
terkenal itu menjadi Dukuh Klero.
Berasal dari suku kata Bahasa jawa kele-kele dan oro-oro, sungai yang semula
bernama sungai kebo berubahlah menjadi Sungai Klero. Karena letaknya letaknya
yang melintasi Dukuh Klero, sampai akhir hayatnya Mbah Gomerto menetap dan
dimakamkan di Pedukuhan Klero (Punden
Klero).
Cerita lain yang mengisahkan tentang asal usul
Klero yaitu kelire loro (identitasnya dua) bahwa beliau bertiga adalah
keturunan bangsawan dari kerajaan mataram yang menyamar menjadi rakyat jelata
dengan menyembunyikan identitas aslinya, sehingga dinyatakan kelire loro
(identitasnya dua) disingkat Klero.
Hari berganti bulan dan tahun, Mbah Ranten
membuka lahan sendiri dipnggiran sungai pedut, tepatnya sekarang di sawah
Ngledok. Pada suatu hari tempat tinggalnya dilanda banjir, sehingga Mbah Ranten
harus mengungsi atau mondok ,
ketempat yang lebih tinggi sehingga lebih tinggi sehingga terkenalah sampai
sekarang sawah pondok. Karena pondok
adalah tempat pengungsian, tak beberapa lama mbah manten Ranten memilih tempat
baru sebagai tempat tinggal yang aman yaitu ke Gili (Gili=sebuah perbukitan
yang cukup tingal bila dipandang dari lembah). Mbah Goto bila memandang
perbukitan di sebalah barat tempat tinggalnya menyebutnya tanah Gili. Susah
payahnya Mbah Ranten pindah ke Gili sampai noyo-noyo maka tersebutlah Dukuh
Gilinoyo. Sampai akhir hayatya Mbah Ranten menetap di Gilinoyo dan dimakaman di
Pondok (Punden Pondok).
Demikian juga Mbah Niah adalah 3 saudara yang
paling terakhir atau (ruju) dan perempuan. Beliau membangun tempat tinggal di
sebalah barat sungai Padut, dan Mbah Goto sering berkunjung menengok saudara
perempuannya. Pada suatu hari Mbah Goto sedang berkunjung ke saudaranya setelah
menaiki bukit, beliau kelelahan, beristiahatlah di bawah pohon rindang dan
ketiduran, beberapa saat kemuadian terbangun diperhatikan ternyata pohon
tersebut adalah pohon randu yang sedang semai daunnya sehingga merah semua
(abang). Tersebutlah tempat tersebut sampai sekarang dukuh dubang. waktu sudah sore Mbah Goto melanjutkan perjalananya
kesebelah Barat Daya Desa ini barangkali saudara perempuanya masih disawah,
ternyata setelah sampai saudara perempuanya baru saja meninggalkan tempatnya
bercocok tanam.maka Mbah Goto berkata Ruju ora ono tersebutlah tempat tersebut
Sawah Juono,berasal dari kalimat sing Ruju ora ono dicarilah kesana kemari
saudara perempuanya,dilihat dari kejauhan sawah Juono,Mbah Niah sedang
menyebrang Sungai Pedut sedang banjir.Dilihat Mbah Niah hanyut timbul tenggelam
disungai Pedut tetapi masih selamat.maka menyebutlah Mbah Goto Klepu jadilah tempat
tinggal Mbah Niah dengan sebutan Dukuh Klepu(Klelep masih Kepupu).sampai akhir
hayatnya Mbah Niah dimakamkan dipedukuhan Klepu.maka kurang lebih pada tahun
1917 sejak diresmikan pemerintahan Desa Klepu oleh penjajah Belanda dengan
petinggi tetap(petinggi Den)yang berasal dari pedukuhan Klepu ditetapkanlah
Desa ini dengan sebutan Desa Klepu.dukuh Klepu berubah menjadi Dukuh Klepu
Krajan(Dukuh Tempat Tinggal Petinggi.
Subscribe to:
Posts (Atom)